senyummu belai seluruh kulitku
meresap dalam tubuh,
mentulikan kupingku,
mengunci lidahku,
mengikat tulangku,
hentikan waktuku
hanya tertahan dalam pandangan
kurasakan bayangmu sedalam hirupan nafasku
kurasakan sedalam-dalamnya, sangat dalam hingga menyejukkan ragaku
dan ingin mengerti arti dalam pesanmu
Kamis, 16 Juni 2011
Dewi
Engkau nyata dalam pandangan
Engkau ada dalam gambar wajah
Dekatkan dalam keyakinan
Didorong oleh emosional
Mengharap mampu menggapai
Walau hanya merasa
Walau hanya bayang
Rasio berkata tidak
Logika membelok,
Sejarah mengelak,
Realita mendobrak
Sang Dewi,
Kini ku menangis
Kutemukan gejolak dalam aliran emosi
Kesanggupanku mulai berkhianat
Kemudahanku telah ku tinggal
Ku sujudkan hatiku padamu
Engkau yang aku kagumi
Ku ingin memandangmu selalu Dewi
teruslah tatap aku ketika aku menatapmu
karena hanya ini cara kita bisa saling bicara melalui sebuah rasa
pejamkan mata hirup nafas dengan pelan
karena hanya ini cara kita bisa saling bicara melalui sebuah rasa
pejamkan mata hirup nafas dengan pelan
rasakan setiap sentuhan dinding hidungmu
bayangkan aku ada dihadapmu
dengarkan suara lirih aku bicara padamu
rasakan kedatanganku
menyentuh seluruh inderamu
tersenyumlah saat kau dapatkan jiwaku
aku cukup bahagia saat kurasakan itu
akupun tersenyum
terima kasih
Juang Nadi Hidupmu
Telah diceritakan,
Terlahir sebagai makhluk yang dapat dipngaruhi dan menjadi sosok jahat.
Terlahir sebagai pelengkap, yang hanya dari sebuah tulang.
Terlahir sebagai mahkota para raja dan bernilai mulia, yang hidup di bawah kuasa.
Terlahir sebagai irisan nyawa, kadang perlu berbagi dengan nyawa lain.
Engkau hidup, lewati warna-warna masa.
Dan ku beranggap,
Sring kali
kuasa halangi cinta dan perasaanmu.
Sering kali nafsu hancurkan harkat dan martabatmu.
Sering kali budaya batasi hak dan ideolgi.
Sering kali mitos menutup mimpi dan cita-citamu.
Engkau ada menjadi yang kedua dan terakhir.
Sekarang ku berpikir,
Engkau begitu tabah dalam tiap tekanan nafasmu.
Engkau begitu kuat di dalam waktumu yang begitu singkat.
Engkau begitu tangguh dalam tiap jejak keringat yang kau teteskan.
Dan ku berharap,
Berjuanglah dalam masa kaummu!
Kan ku dukung engkau dalam nadi nuraniku sebagai manusia.
Aku sebagai kaum mu yang lain ingin engkau selalu tersenyum,
Aku ingin berdamping denganmu, jalaini hidup dalam keseimbangan jiwa raga
Terlahir sebagai makhluk yang dapat dipngaruhi dan menjadi sosok jahat.
Terlahir sebagai pelengkap, yang hanya dari sebuah tulang.
Terlahir sebagai mahkota para raja dan bernilai mulia, yang hidup di bawah kuasa.
Terlahir sebagai irisan nyawa, kadang perlu berbagi dengan nyawa lain.
Engkau hidup, lewati warna-warna masa.
Dan ku beranggap,
Sring kali
kuasa halangi cinta dan perasaanmu.
Sering kali nafsu hancurkan harkat dan martabatmu.
Sering kali budaya batasi hak dan ideolgi.
Sering kali mitos menutup mimpi dan cita-citamu.
Engkau ada menjadi yang kedua dan terakhir.
Sekarang ku berpikir,
Engkau begitu tabah dalam tiap tekanan nafasmu.
Engkau begitu kuat di dalam waktumu yang begitu singkat.
Engkau begitu tangguh dalam tiap jejak keringat yang kau teteskan.
Dan ku berharap,
Berjuanglah dalam masa kaummu!
Kan ku dukung engkau dalam nadi nuraniku sebagai manusia.
Aku sebagai kaum mu yang lain ingin engkau selalu tersenyum,
Aku ingin berdamping denganmu, jalaini hidup dalam keseimbangan jiwa raga
Langganan:
Postingan (Atom)